Anak Gemuk: Harus Senang atau Khawatir?
Kebanyakan orang tua pasti senang melihat anaknya memiliki tubuh gemuk. Selain lucu dan menggemaskan, anak bertubuh gemuk juga seringkali diindikasikan sehat. Padahal bisa jadi anak tersebut masuk dalam kategori kegemukan atau obesitas.
Mengutip dari Kemenkes RI (2017), obesitas adalah akumulasi lemak abnormal yang dapat menyebabkan efek negatif untuk kesehatan, salah satunya yaitu berdampak terhadap tumbuh kembang anak.
Hal ini selaras dengan pendapat Dokter spesialis gizi klinik, dr. Mulianah Daya, M.Gizi, SpGK, AIFO-K. Melalui event KlikDNA, DNA Talks, dr. Mulia menjelaskan kegemukan pada anak sebenarnya adalah salah satu bentuk Malnutrisi atau ketidakseimbangan gizi, selain stunting dan underweight (kurang gizi).
Lalu kenapa masalah kegemukan pada anak menjadi urgen dan apa saja bahayanya ketika kondisi ini terjadi pada anak Anda? Simak lebih lanjut dibawah ini.
Bahaya Kegemukan Pada Anak
Menurut Riskesdas (2018), di Indonesia, satu dari lima anak berusia 5-12 tahun dan satu dari tujuh remaja berusia 13-18 tahun mengalami kegemukan. Tentu saja kondisi ini mengkhawatirkan, karena kegemukan dapat menimbulkan berbagai risiko penyakit, termasuk diabetes melitus, tekanan darah tinggi, stroke, hingga penyakit jantung. Tidak berhenti disitu, WHO juga menegaskan bahwa obesitas menyebabkan 10,3% kematian dari seluruh kematian di dunia.
Masih ingatkah Anda dengan berita anak laki-laki berusia 11 tahun yang mengalami obesitas dan dikabarkan meninggal dunia? Ibu dari anak tersebut menjelaskan bahwa anaknya mulai mengalami kenaikan berat badan sejak usia 2 tahun. Dari sini bisa dilihat bahwa obesitas anak adalah kondisi yang tidak dapat disepelekan dan harus segera dicari solusinya.
dr. Mulia menceritakan sejak pandemi Covid-19 ini, pasien obesitas usia anak meningkat drastis. Hal ini dipengaruhi gaya hidup yang berubah dimana anak harus diam di rumah tanpa bergerak aktif seperti sebelumnya. Belum lagi, komposisi makanan yang semakin menjadi praktis dan instan kebanyakan berenergi tinggi sehingga cepat membuat gemuk. Namun ternyata, selain gaya hidup, ada faktor lain yang bisa mempengaruhi kegemukan, yaitu faktor genetik. Contohnya, seseorang dengan gen FTO dengan genotipe AT/AA memiliki lingkar pinggang dan perut yang lebih besar sampai 53%.
“Obesitas pada anak juga sangat tinggi. Jujur aja di poli juga saya sering dapat nih pasien-pasien obesitas anak selama masa pandemi dan ternyata ini juga dipengaruhi oleh genetik.” Kata dr. Mulia.
Kapan Anak Dikatakan Kegemukan?
Sebagai orang tua, penting bagi kita untuk mengetahui status gizi anak. Cara menilai status gizi anak menggunakan plotting pada kurva antara usia anak, berat badan (kg) dan tinggi badan (cm). Anda juga dapat mengetahuinya dengan membawa anak Anda ke dokter untuk melakukan pemeriksaan rutin secara berkala, yang salah satunya adalah status gizi anak Anda. Ingat, status gizi anak sangat menentukan masa depan mereka, yaitu lewat pertumbuhan dan perkembangan. Jangan sampai kurang, maupun berlebih.
Risiko Obesitas Anak Bisa Dideteksi
Tentu saja kebutuhan nutrisi satu anak dengan yang lainnya tidak bisa disamakan. Dengan kecanggihan teknologi seperti DNA profiling, Anda bisa mengetahui risiko anak Anda mengalami obesitas sejak dini. Selain itu, Anda juga dapat menentukan asupan nutrisi harian anak Anda sesuai profil genetiknya.
Salah satu perusahaan inovatif seperti KlikDNA telah menyediakan alat pengambilan sampel DNA berupa DNA Key. Dimana Anda dapat melakukan pengambilan sampel DNA secara mandiri hanya dari tempat tinggal Anda, tanpa rasa sakit, tidak menimbulkan luka, dan aman dilakukan tanpa bantuan tenaga medis.
Bagi Anda yang ingin tahu lebih lanjut mengenai alat pengambilan sampel DNA dari KlikDNA dan prosedurnya, bisa tanyakan langsung ke customer service KlikDNA di nomor 0816307362 atau melalui email support@klikdna.com.
Ayo, deteksi risiko obesitas anak Anda dan ketahui kebutuhan nutrisi anak Anda sesuai profil DNA-nya, karena hidup sehat dimulai dari DNA Key.